Dari Rumus ke Realita Kelas : Catatan Perjalanan PLK Guru Matematika di SMAN 1 Gunung Talang
![]() |
| Dok : Mahasiswa PLK bersama Unsur Pimpinan SMAN 1 Gunung Talang |
Praktik Lapangan Kependidikan (PLK) merupakan salah satu fase paling penting dalam perjalanan seorang calon pendidik. Ia menjadi jembatan antara teori yang dipelajari di bangku perkuliahan dengan realitas dunia pendidikan yang sesungguhnya. Melalui PLK, mahasiswa tidak hanya diuji pada penguasaan materi, tetapi juga pada kesiapan mental, kemampuan beradaptasi, serta kepekaan dalam memahami peserta didik sebagai manusia yang utuh.
Selama menjalani PLK sebagai guru Matematika di SMAN 1 Gunung Talang, saya belajar bahwa mengajar bukan sekadar menyampaikan rumus dan konsep, melainkan tentang membangun pemahaman, kesabaran, serta hubungan emosional dengan siswa yang memiliki latar belakang, kemampuan, dan kondisi psikologis yang beragam.
Antara Antusiasme dan Kecemasan
Hari-hari menjelang pelaksanaan PLK dipenuhi oleh perasaan antusias yang bercampur kecemasan. Berbagai pertanyaan muncul silih berganti: Mampukah saya mengelola kelas? Apakah siswa dapat memahami penjelasan saya? Apakah saya benar-benar siap menjadi seorang guru, meskipun hanya untuk enam bulan ke depan?
Seiring berjalannya waktu, PLK perlahan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui berbagai tantangan, momen berharga, dan refleksi mendalam. Pengalaman ini membentuk cara pandang saya terhadap profesi pendidik. Kisah ini menjadi catatan perjalanan tentang proses belajar, kegagalan kecil, keberhasilan sederhana, serta transformasi diri selama berada di ruang-ruang kelas SMAN 1 Gunung Talang.
Memilih Tingkat Sekolah: Sebuah Keraguan Awal
Sebagai mahasiswa Pendidikan Matematika, terdapat dua pilihan lokasi PLK: SMP sederajat atau SMA sederajat. Dengan kepercayaan diri yang belum sepenuhnya terbentuk terhadap kemampuan matematika saya, pilihan awal cenderung mengarah ke SMP, dengan asumsi materi yang diajarkan akan lebih sederhana dibandingkan SMA yang kembali bersinggungan dengan limit, integral, dan konsep lanjutan lainnya.
Namun, keadaan membawa saya memilih SMA sebagai tempat pelaksanaan PLK. Keputusan ini awalnya terasa menegangkan, tetapi justru menjadi pengalaman paling berharga dan tak terlupakan dalam perjalanan akademik saya.
Persiapan Sebelum Terjun ke Lapangan
Sebelum terjun ke sekolah, mahasiswa dibekali dengan Workshop WIKM sebagai bekal awal menghadapi dunia pendidikan. Workshop ini bukan hanya menjadi syarat administratif, tetapi juga memberikan pemahaman tentang dinamika pembelajaran terkini. Selain itu, persiapan administrasi seperti surat rekomendasi PA, surat pengajuan PLK, serta penyelesaian UKT dan KRS menjadi bagian penting yang tidak boleh diabaikan.
Secara pribadi, persiapan akademik juga sangat diperlukan. Mempelajari kembali cakupan materi SMP dan SMA serta menyiapkan modul ajar menjadi langkah awal untuk membangun kepercayaan diri. Bantuan dari kakak tingkat berupa laporan dan modul PLK juga sangat membantu sebagai referensi awal.
![]() |
| Dok: Potret Mahasiswa PLK |
Fase Observasi: Belajar Sebelum Mengajar
Pelaksanaan PLK di SMAN 1 Gunung Talang diawali dengan fase observasi selama satu minggu. Pada tahap ini, mahasiswa belum langsung mengajar, melainkan mengamati lingkungan sekolah, berdiskusi dengan guru pamong, serta memahami budaya dan sistem pembelajaran yang berlaku.
Mahasiswa juga diperkenalkan dengan berbagai kegiatan sekolah, termasuk piket dan administrasi. Bahkan sebelum masuk kelas, saya diminta menyiapkan Program Tahunan, Program Semester, dan Modul Ajar. Tahap ini menjadi fondasi penting sebelum benar-benar terlibat dalam pembelajaran di kelas.
Menghadapi Kelas untuk Pertama Kali
Masuk kelas untuk pertama kali tentu disertai rasa gugup. Namun, hari pertama bukanlah tentang mengajar, melainkan memperkenalkan diri dan mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru pamong. Dari sini, saya belajar bagaimana mengelola kelas, membangun interaksi dengan siswa, serta menerapkan strategi pembelajaran yang efektif.
Guru pamong memberikan kesempatan untuk menyiapkan satu materi pembelajaran yang harus dipahami secara mendalam sebelum diajarkan. Selama beberapa pertemuan awal, saya lebih banyak mengamati dan belajar hingga akhirnya masuk ke fase Latihan Mengajar Terbimbing. Proses ini sangat membantu dalam mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesiapan sebelum mengajar secara mandiri.
Realita Mengajar: Tantangan Sesungguhnya
Realitas praktik mengajar tidak selalu berjalan mulus. Mengelola kelas, terutama kelas X, menjadi tantangan tersendiri. Suasana belajar tidak selalu kondusif; siswa yang kurang fokus, berisik, atau bahkan tertidur di kelas—terutama pada jam siang—menjadi bagian dari dinamika sehari-hari.
Menariknya, kekhawatiran terbesar bukan lagi pada penguasaan materi, melainkan pada kemampuan mengelola kelas dan memanfaatkan waktu pembelajaran secara efektif. Perbedaan minat dan kemampuan siswa terhadap matematika menuntut guru untuk lebih kreatif, sabar, dan adaptif, terutama saat memasuki fase Latihan Mengajar Mandiri.
Kedekatan Emosional yang Tak Tergantikan
Di balik segala tantangan, PLK menghadirkan pengalaman yang menyenangkan dan bermakna. Siswa cenderung lebih terbuka dan nyaman dengan guru PLK, sehingga tercipta kedekatan emosional yang alami. Momen ini menjadi pengalaman mengajar yang sangat berharga, karena hubungan yang baik antara guru dan siswa merupakan kunci terciptanya pembelajaran yang efektif. Selain itu, PLK juga menjadi ruang tumbuhnya hubungan pertemanan yang hangat antar mahasiswa PLK dari berbagai kampus. Perbedaan latar belakang justru memperkaya proses belajar, di mana kami saling menyokong, membantu, dan berbagi pengalaman dalam menghadapi dinamika pembelajaran di sekolah. Kebersamaan ini menjadikan proses PLK terasa lebih ringan, seru, dan bermakna, sekaligus menumbuhkan semangat kolaborasi sebagai calon pendidik profesional.
![]() |
| Dok : Mahasiswa PLK SMAN 1 Gunung Talang dari 4 Kampus |
Lebih dari Sekadar Mengajar
PLK tidak hanya berkutat pada kegiatan mengajar di kelas. Mahasiswa juga terlibat dalam kegiatan non-teaching seperti administrasi sekolah, piket manajemen, hingga kegiatan ekstrakurikuler. Melalui berbagai tugas ini, mahasiswa belajar memahami kompleksitas sistem sekolah dan peran pendidik secara menyeluruh.
Meskipun penuh tantangan, pengalaman ini menjadi proses pembelajaran yang luar biasa. Selama masih dalam batas wajar, setiap tugas yang diberikan sekolah dapat dijalani dengan penuh tanggung jawab dan sikap profesional.
Penutup: Makna PLK bagi Seorang Calon Pendidik
Matematika adalah ilmu yang kompleks dan menuntut ketekunan serta kesabaran dalam mempelajarinya. Membangun antusiasme siswa terhadap matematika merupakan tantangan sekaligus tujuan utama seorang pendidik. Kesabaran, niat yang ikhlas, dan usaha yang terus ditingkatkan menjadi bagian dari kebahagiaan dalam profesi ini.
PLK mengajarkan bahwa menjadi guru adalah proses belajar tanpa akhir. Bahkan ketika seseorang telah menjadi pendidik, ia tetap memiliki ruang untuk tumbuh dan berkembang. PLK bukan sekadar syarat akademik, melainkan pengalaman yang membanggakan dan membentuk jati diri seorang pendidik.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi refleksi bagi siapa pun yang sedang atau akan menjalani Praktik Lapangan Kependidikan.




